Oleh : Darto, S.Pd
Kepala SMP Negeri 3 Depok
Sudah sekitar sepekan peserta didik di DIY menjalani belajar dari rumah (BDR)karena sekolah mereka di tutup untuk mencegah semakin menyebarnya virus corona. Namun, belajar dari rumah terdapat berbagai masalah. Masalah tersebut dari yang ringan sampai berat. Sebenarnya banyak pihak yang tidak setuju dengan kebijakan ini, tetapi tidak ada cara lain selain menyuruh peserta didik belajar dari rumah. Masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik maupun pendidik sebagai berikut:
- Guru memberi tugas yang sangat banyak. Sehingga peserta didik merasa tertekan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Satu tugas belum selesai, sudah ada lagi tugas dari guru lain yang sama banyaknya. Dan deadline pengumpulan yang begitu cepat juga.
- Gadget yang tidak memadai. Misalkan dalam satu keluarga memiliki 3 anak yang masih sekolah, tetapi hanya memiliki 1 handphone saja. Dan 3 anak tersebut masing-masing memiliki tugas yang banyak. Lalu, bagaimana mereka bisa mengerjakan tugas-tugas mereka agar cepat selesai jika untuk mencari di google mereka harus bergantian menggunakan handphone tersebut.
- Kuota internet tidak memadai. Banyak yang mengeluh karena sistem daring menghabiskan banyak kuota. Peserta didik harus selalu online untuk mengetahui tugas-tugas dari pendidik.
- Jaringan yang tidak memadai. Terutama di daerah pedesaan yang sangat pelosok. Mereka sulit untuk mendapat jaringan atau sinyal. Akhirnya peserta didik pergi ke warnet atau tempat yang ada wifi untuk mengerjakan tugasnya.
- Guru merasa tertekan dan bingung. Tidak hanya peserta didik yang meras tertekan, tetapi pendidik pun juga merasakan hal yang sama. Sampai ada guru yang mengalami depresi karena memikirkan hal ini.
- Peserta didik bukannya belajar malah bermain. Disini peran orang tua sangat penting dalam mengawasi anak-anaknya di rumah. Karena jika anak tidak diawasi dan dibimbing dengan baik mereka bisa salah dalam mengambil keputusan.
Dari serangkaian masalah tersebut di atas, semua dari pelaku BDR yakni Guru, Siswa dan orang tua, perlu meningkatkan lagi belajarnya yaitu BELAJAR BAHAGIA
Pendidik dan Kepala Sekolah
Pembelajaran Jarak Jauh” dari tanggal 23 s.d. 31 Maret 2020. Kepala sekolah dan Pendidik tetap masuk dalam melakukan layanan Pembelajaran Jarak Jauh dan melakukan pembersihan lingkungan. setiap grup yang terkait dengan pendidikan dalam HP mulai dipenuhi dengan tips dan trik pembelajaran online. Link-link pembelajaran dibagikan secara berantai. Kepala sekolah memberi arahan untuk pembelajaran hari Senin. Peserta didik dan orangtua di grup WA kelas panik membombardir guru dengan pertanyaan yang hampir serupa.
Senin, 23 Maret 2020 pukul 06.15, sekolah yang biasanya hiruk pikuk yang khas tidak terlihat atau terdengar. Suasana jalan menuju sekolah sepi cenderung mencekam. Bisikan kami menggema. Di hari libur saat tugas piket, memang tidak ada kegiatan dan sepi, tapi tidak mencekam. Tangan yang biasa berjabat sesama rekan tertahan karena waspada.
Rapat koordinasi untuk menyamakan persepsi cara atau format yang akan digunakan oleh sekolah diadakan. Mengingat beberapa hal seperti terbatasnya ketrampilan menggunakan teknologi untuk beberapa orang guru serta keadaan peserta didik yang tidak seluruhnya memiliki gadget dan perangkat yang memadai, maka diputuskanlah informasi pembelajaran jarak jauh lewat web sekolah dan group WA kelas yang telah ada. Bagi guru yang ingin menambahkan dengan menggunakan aplikasi seperti quipper, google form ataupun quizizz diperkenankan asal tidak memberatkan atau menyulitkan peserta didik.
Materi pembelajaran jarak jauh juga mengambil kegiatan pada buku paket yang disederhanakan sehingga peserta didik tidak perlu keluar rumah untuk memenuhi atau melakukannya. Komunikasi dengan orangtua intens dilakukan agar pemahamannya sama. Sehingga peserta didik tidak rancu dalam memahami tugas yang harus dikerjakan.
Pada 30 Maret 2020, kebijakan berubah. Berbagai bentuk aturan untuk pelaksanaan WFH dan BDR tersebut dibuat dan wajib dipahami oleh semua pihak. Laporan serta Monev juga wajib diisi per hari dengan dilampirkan dokumen kegiatan pembelajaran di rumah.
Minggu pertama Program Pembelajaran Jarak Jauh dan WFH mendatangkan gelombang keluhan dari masyarakat terutama orangtua siswa yang kewalahan menjadi “guru dadakan”. Ada orangtua yang akhirnya lebih menghormati dan menghargai tugas guru. Namun tak sedikit yang mencibir dengan mengatakan bahwa guru saat PJJ tidak bekerja namun tetap digaji. Anak-anak mengeluhkan cara mamanya yang tidak sabaran dan galak menghadapi mereka belajar. Mulai berteriak bosan dan rindu sekolah.
Minggu kedua, atau masa perpanjagan BDR sampai 14 April 2020, mulailah para guru mendapat arahan dan wejangan berbagai pihak untuk tidak memberikan tugas yang berlebihan, yang membuat anak-anak dan orangtua stress serta membuat mereka pergi keluar rumah untuk mengerjakan tugas dari guru. Tugas-tugas dari guru dianggap dapat menurunkan immun tubuh.
Siswa dan Orang tua
Home Learning atau Belajar di rumah (BDR) tidak menuntut nilai, tidak mengejar ketercapaian kurikulum dan difokuskan pada kegiatan yang menyenangkan, bermakna disertai dengan sosialisasi pencegahan dan penanganan penyebaran virus Corona Covid-19.
Pemberian tugas harus menguatkan pembiasaan dengan salah satu uraian tugasnya yaitu membentuk karakter religius dengan shalat dhuha dan membantu pekerjaan orangtua di rumah. Orangtua menyambut baik dan mulai berdamai dengan rutinitas baru, mendampingi anak belajar dirumah berkoordinasi dengan ibu bapak guru. Sebagai contoh lain pembelajaran yang bermakna bagi mereka danmenyenakan adalah tentang :
- Membuat iklan layanan masyarakat yaitu ajakan agar tetap berada di rumah berupa gambar.
- Membuat iklan layanan masyarakat yaitu ajakan agar tetap berada di rumah berupa video.
- Bermain peran sebagai reporter tentang Pembelajaran Jarak Jauh
Kegiatan (1) dan (2) dibuat sebagai pilihan untuk anak lebih mengeksplor bakat yang dimilikinya. Peserta didik merencanakan atau menyusun skenario untuk iklan tersebut. Dan mereka bisa mengajak atau bekerjasama dengan anggota keluarga yang lain. Untuk peserta didik yang memiliki bakat menggambar, maka bisa memilih mencurahkan idenya dalam gambar. Kegiatan ini membuat anak dan anggota keluarga yang lain bersemangat dan terhibur. Ketika mengajak orang lain untuk tetap berada di rumah, mereka terstimulus juga melakukannya. Karena saat mencari ide, mereka mengedukasi diri dengan materi “Mengapa harus Tinggal di Rumah saja”.
Kegiatan (3) yaitu bemain peran menjadi presenter. Peserta didik diminta membuat daftar pertanyaan dan melakukan wawancara terhadap salah satu anggota keluarga tentang kesan-kesan selama pembelajaran jarak jauh. Durasi videonya dibatasi selama kurang atau sama dengan 1 menit. Peserta didik terlihat menikmati kegiatan tersebut bersama anggota keluarga yang lain. Orang tua juga senang atas ide kreatif yang mengeksplor bakat minat anak karena tidak melulu dijejali soal-soal kognitif.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau BDR tidak harus menggunakan aplikasi yang canggih. Fokus pada tujuannya, yaitu anak belajar di rumah, memahami keadaan dengan mengeksplor yang diketahui tentang Corona Covid-19 lewat puisi, gambar ataupun bermain peran sebagai reporter atau bintang iklan layanan masyarakat dan tidak lupa menguatkan karakternya lewat pembiasaan religius yaitu shalat dhuha dan membantu orang tua.
Bukan aplikasi keren tapi ide kreatif kita sebagai guru yang diuji untuk membelajarkan anak di rumah dengan memperhatikan keadaan dan kemampuan peserta didik. Anak mengerjakan dengan senang dan bahagia. Orangtua juga tidak stress karena terbebani dengan tugas tambahan menjadi guru di rumah.
Tidak mudah membuat semua bahagia. Tapi betapa bahagianya melihat semua bahagia dengan apa yang kita upayakan. Sehingga kita akan terus semangat mengupayakannya. Semoga Allah melindungi kita semua dan bencana ini cepat berlalu. Aamiin
Sumber :
1. LPMPP DKI
2. Arifatul Azizah, KOmpasiana