oleh : Darto, S.Pd dan Ponidi, S.Pd
SMP N 3 DEPOK dan SMP N 4 Pakem

Yogyakarta menjadi Daerah Istimewa penuh dengan sejarah dan dinamika yang mengikutinya. Di dunia Pendidikan,  Jogjakarta yang menyandang gelar kota pendidikan,  pada tahun 2022 paska Covid-19 menorehkan sejarah emas yaitu DIY menjadi Propinsi dengan capaian tertingi bidang Literasi membaca, Numerasi, dan Literasi Sains meski baru saja dihantam badai covid-19. Capaian ini menyebabkan Indonesia naik 5 dan 6 peringkat pada PISA 2022

Selayang pandang PISA 2022

PISA atau Programme for International Student Assessment adalah survei internasional kemampuan siswa pada literasi, matematika, dan sains, yang dilakukan setiap tiga tahun sekali. Awalnya, survei PISA direncanakan pada tahun 2021, namun karena pandemi COVID-19 survei dilakukan pada tahun 2022 dan melibatkan sebanyak 690.000 siswa berusia 15 tahun dari 81 negara.

PISA DIY vs ASEAN

Berikut fakta fakta PISA DIY tahun 2022

1.PISA dilaksanakan sekitar Mei 2022

2.Di DIY PISA dilaksanakan beruntun/beriringan dengan pelaksanaan ASPD untuk SMP dengan Diikuti oleh,SMP sebanyak (31 sekolah), MTs  sebanyak  5 sekolah, Jumlah siswa Di DIY  yang ikut adalah  siswa 1315, siswa dengan usia 15 Tahun  Terdiri dari, siswa SMP sebanyak : 1128 orang, siswa MTs sebanyak 187.

3.Semua SMP/MTs pelaksana kurikulum lama yg didaruratkan

Berarti :

 

 

 

 

 

4.Capaian literasi membaca DIY Jauh lebih tinggi ketimbang DKI, Babel, Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, dll

5. Capaian literasi numerik DIY Jauh lebih tinggi ketimbang DKI, Babel, Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, dll

6. Capaian literasi sains DIY Jauh lebih tinggi ketimbang DKI, Babel, Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, dll

 

Ada apa dengan DIY

Capaian ini memperkuat brand image Jogjakarta sebagai Daerah Istimewa. Seharusnya memantik pertanyaan ada apa dengan Yogyakarta bukan malah menutup mata hingga memberi statement ASPD yang dilaksanakan DIY adalah sebuah kemunduran. Faktanya daerah lain yang tidak melaksanakan ASPD hasilnya lebih jelek dari DIY.

Di DIY PISA dilaksanakan beruntun/beriringan dengan pelaksanaan ASPD untuk SMP. ASPD adalah salah satu ihtiar untuk terus menguatkan literasi dan numerasi.

ASPD di DIY berberbasis literasi dan numerasi. Literasi Numerasi ini sejalan dengan PISA dan juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah tentang AKM. Apapun kurikulumnya, termasuk kurikulum merdeka salah satu  keberhasilannya harus perlu melihat capaian literasi.

Di DIY, ASPD merupakan salah satu bentuk implementasi Undang Undang Keistimewaan Jogjakarta. Untuk melaksanakan pendidikan di Jogjakarta tidak hanya cukup menggunakan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka sebagai Kurikulum Nasional di DIY perlu penyesuaian dan penguatan yang mendukung keistimewaan Jogjakarta. Janganlah kita menutup mata bahkan mendiskritkan bahwa ASPD adalah Kemunduran?

Bahkan disisi lain Ketua Dewan Pendidikan DIY, Prof. Sutrisna Wibawa menilai ASPD merupakan upaya untuk dapat mewujudkan visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DIY 2005-2025 yakni sebagai pusat pendidikan, budaya, dan daerah tujuan wisata terkemuka di Asia Tenggara (ASEAN) tahun 2025. ASPD mestinya dipandang sebagai penguatan  yang memberikan nilai plus pada pencapain nilai PISA di DIY.

Dengan demikian bagi masyarakat sekolah memahami ASPD sebagai langkah kreatif yang mampu menjadi Penjamin Mutu Pendidikan di saat tak ada lagi Standard yang jelas yang memenuhi keadilan dan transparansi di dunia Pendidikan. ASPD menjadi spirit dan motivasi bagi siswa yang mampu mengembalikan loss learning akibat pandemi. Sebagai masyarakat sekolah, senantiasa berharap ASPD dilaksanakan dan ditiru daerah lain, yang ingin mempertahankan atau bahkan meningkat peringkat mauun skore PISA.

Menurut Prof Sutrino Wibowo ketua Dewan Pendidikan DIY,  “DIY harus mempertahankan PISA yang diukur dari kemampuan membaca, matematika, dan kemampuan dasar sains. Kalau DIY tidak menyelenggarakan ASPD, berarti persiapan asesmen yang sifatnya internasional bisa lengah. Ini dalam rangka menyiapkan asesmen nasional maupun internasional,” katanya

Pada tingkat nasional ada survey tahunan yang namanya ANBK. yang mengukur kompetensi Literasi, Numerasi, Karakter dan Survey Lingkungan. Hasil ANBK DIY bisa dibandingkan dengan daerah lain. Jika DIY lebih tinggi dari daerah lain sekali lagi masih tegakah kita mengatakan ASPD adalah kemunduran.

Prof. Sutrisna menyampaikan melalui ASPD yang menguji kemampuan literasi dan numerasi peserta didik, maka peserta didik DIY dengan sendirinya telah disiapkan agar memiliki kualitas yang setara dengan barometer pengujian PISA  tersebut

Hal penting yang perlu dibangun adalah ASPD bukan menjadi beban. Kalau ASPD saja dianggap beban, maka hal hal lain pun akan dianggap beban. prinsipnya segala yang tidak sesuai dengan pikiran dan kemauan anak akan selalu dianggap beban. Ingat jalan hidup itu tidak semuanya mulus dan mendatar, banyak tanjakan dan juga lobang yang harus dihadapi.