Dalam rangka mewujudkan Pendidikan Khas KeJogjaan (PKJ), Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga(Disdikpora) DIY, bekerjasama dengan TVRI jogja menyelenggarakan kegiatan Ngudhar Kawruh Tembang, suatu kegiatan yang bukan hanya nembang Macapat namun disertai dengan memaknainya. Didukung oleh lima dinas pendidikan kabupaten/kota, kegiatan ini diselenggarakan selama 4 hari yakni 8-11 Juli 2024. Pada Senin- Selasa menampilkan tim ngudar kawruh tingkat SD dan Rabu-Kamis Tim Ngudar Kawruh tingkat SMP. Dalam hal ini setiap di dinas pendidikan diwakili 3 SD dan 3 SMP. Dinas Pendidikan Sleman untuk tingkat SMP diwakili oleh SMP N 3 Depok, SMPN 2 Sleman, dan SMP N 1 Kalasan.
Menjadi sebuah kegiatan yang sangat positif dalam rangka mendukung dan mengakselerasi program PKJ. Pada setiap tim menampilkan pelantun tembang dan pemakna tembang (ngudari tembang) serta penampil selingan. Tim SMP N 3 Depok, terdiri dari sebagai pelantun dan pembahas makna tembangĀ oleh : Zaky, Mahiro, Jocelin, Ajeng dan Aza, dari kelas 8D, sedangkan penampil selingan adalah Avio dan Syfa dengan menampilan tari Gambyong Pare Anom.
Tembang yang dilantunkan adalah Kinanti, sebagai tembang mocopat urutan ke empat setelah Maskumambang, Mijil, dan Sinom. Menurut tim pembahas (pengudar) tembang ini mengandung arti sebagai makna bahwa, Kinanthi memiliki arti tuntunan supaya dapat berjalan menuju kehidupan yang lebih baik di alam dunia, berasal dari kata “kanthi” yang berarti menuntun/ menggandeng. Tuntunan tersebut meliputi tuntunan dalam berbagai hal berkaitan dengan sikap dan perilaku sesuai dengan norma dan adat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat yang lebih baik. Dipilihnya tembang kinanti menjadi sangat tepat mengingat usia pelantun dan pembahas masih sangat muda dan membutuhkan bimbingan Kanti permati.
Untuk dapat tampil di TVRI, tim berlatih dengan sangat serius meski sekolah dalam keadaan libur. Dibimbing oleh Bapak Abdul Aziz Gumilang, S.Pd, selaku guru pengampu bahasa jawa. Bimbingan dilaksanakan sembari melaksanakan tugas sebagai panitia PPDB 2024. Alhamdulilah para siswa dapat menampilkan performa dengan sempurna tanpa proses cut off, termasuk penampil selingan dengan Gambyong Pare Anomnya. Pendampingan yang sangat serius dan totalitas oleh bapak Aziz sebagai wujud tanggung jawab dari Guru Pengampu Bahasa dan Budaya Jawa dalam melestarikan budaya Jawa. Sebagai Informasi Bapak Aziz memang sangat konsern dalam bahasa dan budaya Jawa. Beliau juga menjadi MC berbahasa Jawa untuk berbagai kegiatan kemasyarakat seperti Manten, Kirab Budaya, Kethoprak, Merti Desa, Festval dalang, dsb. Bahkan beliau dengan kemampuan yang dimilikinya dapat menjadi Trainer Pembelajaran Yang menyenangkan.
Diambilnya Tari Gambyong Pareanom untuk memberikan literasi budaya kepada pemirsa tentangĀ Tari Gambyong Pareanom. Tarian ini sebenarnya merupakan perkembangan dari tari rakyat, yaitu tledek atau tayub, di mana nama Gambyong sendiri berasal dari nama seorang penari dan sinden yang sangat terkenal pada abad ke-19. Karena keluwesan dan kemerduan suaranya, Sri Gambyong kemudian diundang ke Keraton Surakarta, dan tariannya pun perlahan dibakukan menjadi tarian klasik yang ditampilkan juga di Keraton Surakarta. Tari Gambyong Pareanom yang klasik merupakan pembakuan tari Gambyong yang dilakukan oleh Nyi Bei Mintararas dari Pura Mangkunegaran, Solo, pada tahun 1950. Gerakan Tari Gambyong Pareanom diambil dari srimpi, golek dan Tari Tayub. Dari Srimpi diambil untuk Gerak Laras, Kostum Dari Golek Lambangsari dan dari Tayub: gerak batangan, ukel pakis, kawilan, wedi kengser dll. Dalam perkembangannya tari Gambyong Pareanom diperhalus dengan mendasar pada kaidah kaidah tari kraton. Tari Gambyong Pareanom inilah yang berkembang sampai sekarang.
Kedua penari dari SMP N 3 Depok bernama Syfa dan Avio, belajar hingga tampil secara otodidak karena tidak ada Guru Seni Tari di SMP N 3 Depok.
Untuk menambah kepercayaan diri pada tim, SMP N 3 Depok mengirimkan pendamping lain yakni Bapak Isgiarto, Bapak Arvi, Bapak Aan, dan Ibu Ratni Winarti, S,Pd. Terimaksih bapak ibu Guru pendamping dan juga para siswa, yang telah berperan membawa nama SMP N 3 Depok berpartisipasi pada PKJ, semoga menjadi perhatian dan SMP N 3 Depok menarik untuk dijadikan sebagai sekolah berbasis budaya.