Jakarta – Pandemi Covid-19 telah mengubah pola pembelajaran secara masif. Proses pembelajaran yang mestinya dilaksanakan secara tatap muka sekarang berubah menjadi sistem pembelajaran jarak jauh atau daring. Organisasi PBB yang mengurusi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan UNESCO menyebutkan, lebih dari 850 juta siswa di dunia tidak bisa belajar di sekolah akibat virus asal Wuhan, China tersebut.
Demikian halnya di Indonesia. Sejumlah daerah telah melakukan penutupan sekolah dan menerapkan pembelajaran daring atau jarak jauh. Hal ini dilakukan dalam rangka meminimalisasi cepatnya penyebaran Covid-19. Kebijakan penutupan tersebut sebagai respons terhadap kebijakan dan imbauan pemerintah untuk melakukan social distance (jaga jarak).
Hingga saat ini, data terbaru yang dikumpulkan oleh Johns Hopkins University, Sabtu (24/3) infeksi Covid-19 di seluruh dunia kini telah mencapai 378.287 kasus. Sebanyak 100.958 telah dinyatakan sembuh, dan terjadi kematian sebanyak 16.497 pasien. Jumlah sebaran kasus paling banyak ada di China yaitu 81.496 kasus dengan kematian 3.274 dan sembuh 72.819 kasus.
Di Indonesia sendiri, penyebaran Covid-19 ini sangat cepat, dan kemungkinan besar akan terus bertambah dan penyebarannya akan semakin luas. Kondisi demikian tentu memaksa pemerintah untuk menyiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Termasuk di dunia pendidikan. Kebijakan belajar di rumah mulai Senin, 16 Maret hingga akhir Maret 2020 telah diterapkan pemerintah. Seperti DKI Jakarta, sejumlah kabupaten/kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali sudah menerapkan belajar dari rumah.
Tetapi, pembelajaran daring yang sudah berjalan selama dua minggu terakhir ini masih perlu dilakukan evaluasi dan terus ditingkatkan. Hal ini mengingat penularan virus Covid-19 tersebut hingga saat ini masih terus bertambah.
Sistem pembelajaran jarak jauh memang tidak seefektif sistem tatap muka. Apalagi di tengah kondisi darurat seperti saat ini. Banyak hal yang perlu disiapkan dengan baik agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan optimal. Misalnya, infrastruktur seperti jaringan internet yang memadai. Untuk masalah ini dukungan pemerintah sangat dibutuhkan. Pemerintah bekerja sama dengan swasta dituntut untuk benar-benar memastikan fasilitas jaringan sudah tersedia dengan baik.
Langkah pemerintah lewat Kementerian BUMN yang menyediakan fasilitas belajar jarak jauh perlu diapresiasi. Misalnya, Telkomsel memberikan akses data bebas kuota hingga 30 GB bagi pelajar dan mahasiswa untuk mengakses aplikasi-aplikasi pembelajaran yang telah bekerja sama dengan Telkomsel. Di antaranya Ruang Guru dan aplikasi lain yang tergabung dalam paket Ilmupedia seperti Quipper, Zenius, Bahaso, dan Cakap.
Tentu dukungan fasilitas tidaklah cukup. Pemerintah bisa lewat Kementerian Pendidikan juga perlu memastikan konten materi yang disiapkan juga memadai dan tidak keluar dari standar yang sudah ditetapkan. Sehingga walaupun di tengah kondisi emergency seperti saat ini, apa yang dipelajari para siswa dan mahasiswa tidak ketinggalan atau bahkan keluar dari substansi materi pembelajaran yang seharusnya.
Dalam sistem pembelajaran daring ini tidak cukup dengan hanya menyiapkan infrastruktur berupa jaringan dan platform aplikasi. Ada tuntutan yang justru lebih sulit dari itu, yaitu kesiapan sumber daya manusia (SDM) dan para pelajar. Kesiapan SDM dan pelajar ini mutlak diperlukan. Sebab tidak ada gunanya infrastruktur dan fasilitas baik jika para pengguna seperti SDM seperti guru dan pelajar tidak siap menjalankannya.
Untuk menyiapkan SDM dan pelajar, dalam hal ini perlu dilakukan sosialisasi secara masif dan terstruktur. Hal ini bisa dilakukan dengan penyediaan dan penyebaran media-media seperti video tentang manual book atau petunjuk penggunaan teknologi yang tersedia dan dibutuhkan.
C.L. Dillon and C.N Gunawardena (1995) menyebutkan, terdapat tiga hal yang akan menentukan efektivitas dalam pembelajaran jarak jauh.
Pertama, teknologi. Dalam hal ini pelajar harus punya akses yang mudah terhadap jaringan dengan waktu seminim mungkin.
Kedua, karakteristik pengajar. Pengajar memegang peranan penting dalam efektivitas pembelajaran secara daring.
Ketiga, karakteristik siswanya sendiri.
Disiplin Tinggi
Agar optimalisasi proses pembelajaran daring bisa berjalan dengan baik, maka kedisiplinan tingkat tinggi mutlak dibutuhkan. Baik dari sisi SDM atau guru maupun para pelajarnya. Menurut Leidner (1993), siswa yang tidak memiliki keterampilan dasar dan disiplin diri yang tinggi dapat melakukan pembelajaran yang lebih baik dengan metode konvensional.
Sedangkan siswa yang cerdas dan memiliki disiplin serta kepercayaan diri yang tinggi akan mampu secara efektif melakukan pembelajaran secara daring. Hal ini dikarenakan esensi pembelajaran jarak jauh adalah independensi (Wedemeyer, 1981).
Membangun sikap disiplin di tengah kondisi darurat Coronavirus disease seperti saat ini tidaklah mudah. Butuh kerja sama semua pihak. Dalam hal ini pemerintah harus bertanggung jawab untuk memberikan edukasi kepada semua civitas akademika dan para orangtua untuk bekerja sama agar terus bersikap disiplin dan lebih independen dalam belajar.
Di sisi lain, kerja sama para orangtua di rumah sangat dibutuhkan. Tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang seorang anak mempunyai kecenderungan untuk “berleha-leha” di rumah. Memang ini menjadi tantangan bagi para orangtua. Sebab, tidak semua orangtua mampu secara efektif dalam melakukan pendampingan dan pendisiplinan anak belajar di rumah.
Singkat kata, kesuksesan pembelajaran daring selama masa krisis Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan orangtua dalam mengontrol belajar anak di rumah.
Selain itu, pihak orangtua dan sekolah harus melakukan komunikasi yang efektif dalam bekerja sama membangun kedisiplinan anak belajar di rumah.
*)Muhammad Rajab
Director of Ma’had & Islamic Studies, Tazkia International Islamic Boarding School Malang